Profil Nadiem Makarim, Dari Ojek Online Sampai Menteri Pendidikan

Pendiri Go-jek (foto: ist)
Pendiri Go-jek (foto: ist)
banner 468x60

PILIHANRAKYAT.ID, Jakarta-Nadiem Makarim resmi diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) preode 2019-2024.

“Saya panggil mas saja, karena masih muda. Mas Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” ucap Jokowi di Istana Negara, Rabu (23/10). 

Nadiem menjadi salah satu jajaran menteri yang berhasil mencuri perhatian publik. Selain ia menyandang pendiri dan CEO Gojek, ia termasuk menteri termuda (35) di kabinet Jokowi.

Pria kelahiran Singapura, 4 April 1984, ini merupakan anak ketiga pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah Nadiem merupakan seorang pengacara keturunan Arab asal Pekalongan, Jawa Tengah.

Sang ayah merupakan seorang pengacara dengan gelar Doktor Ilmu Hukum lulusan Harvard. Sedangkan ibunya, Atika Algadrie merupakan seorang yang bekerja di bidang non-profit.

Nadiem menyelesaikan sekolah menengah atas di negara kelahirannya, Singapura. Ia lantas melanjutkan jenjang sarjana di International Relations di Brown University, Amerika Serikat. Saat berkuliah ia sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.

Selesai pendidikan sarjana, Nadiem lantas melanjutkan pendidikan S2 di Harvard University Business School.

Selesai bersekolah ia kembali ke Indonesia dan bekerja untuk perusahaan konsultasi manajemen McKinsey , sebuah lembaga konsultan ternama yang berbasis di Jakarta pada 2006.

Bekerja tiga tahun di McKinsey, Nadiem mendirikan Gojek pada Maret 2011. Namun, saat itu Gojek tidak menggunakan aplikasi seperti saat ini. Sistem pemesanan ojek ini masih konvensional lewat panggilan telepon.

Selang beberapa bulan, November 2011 ia menjabat sebagai Managing Director di Zalora Indonesia. Ia tak bertahan lama di perusahaan e-commerce fesyen itu, hanya 10 bulan saja. Ia loncat menjadi Chief Innovation Officer Kartuku selama setahun hingga Maret 2014. Ia akhirnya mantap serius menggeluti bisnis Gojek.

Saat ini Gojek menjadi perusahaan teknologi dengan evaluasi lebih dari US$10 juta dan menyandang status decacorn. Gojek juga melebarkan layanan transportasi online ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Vietnam. Perusahaan ini juga tengah menjajaki pasar Malaysia dan Filipina. (Noeris/PR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *