PILIHANRAKYAT.ID, Jember-Di tengah tekanan geopolitik global akibat konflik Iran-Israel, yang memicu lonjakan harga minyak, gangguan rantai pasok, dan melemahnya nilai tukar rupiah, ekspor edamame Indonesia justru menunjukkan ketangguhan luar biasa.
Komoditas unggulan dari Jember, Jawa Timur ini tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga terus menembus pasar global dan memperkuat citra sebagai simbol kekuatan ekonomi lokal. Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh, Mahendra Utama, menyebut bahwa kondisi krisis global saat ini justru menjadi titik balik untuk memperkuat industri edamame nasional.
“Dengan permintaan global yang tetap tinggi, edamame bukan hanya komoditas ekspor, tetapi representasi ketangguhan ekonomi desa,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Jumat, 20 Juni 2025.
Biaya Produksi Tertekan, Ekspor Tetap Konsisten
Nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp16.406 per dolar AS per 19 Juni 2025, diperburuk oleh harga minyak mentah yang melonjak menjadi USD 78,50 per barel, menambah beban biaya produksi dan logistik. Sekitar 35 persen dari biaya operasional Mitratani berasal dari energi dan transportasi.
Namun berkat sistem kemitraan strategis dengan petani lokal, perusahaan mampu menekan biaya produksi hingga 15 persen. Efisiensi ini terbukti mampu menjaga stabilitas ekspor meskipun terjadi guncangan global.
Pasar Global Semakin Meluas
Meski situasi ekonomi global tidak menentu, permintaan edamame tetap menunjukkan tren positif. Ekspor ke Jepang tercatat mencapai 7.800 ton per tahun, sementara pasar Timur Tengah mengalami lonjakan permintaan sebesar 20 persen sejak diperkenalkannya produk unggulan “Wonderful Edamame from Jember”.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Jepang, sejak 2023 Mitratani mulai menggarap pasar India, Uni Emirat Arab, dan Eropa. Hasilnya signifikan, dengan ekspor ke India meningkat hingga empat kali lipat dalam waktu satu tahun.
Inovasi dan Energi Hijau untuk Keberlanjutan
Sebagai langkah menuju efisiensi dan keberlanjutan, Mitratani mengusulkan pembangunan pembangkit panel surya di kawasan industri ekspor di Jember. Ini sejalan dengan arahan Kementerian Perindustrian agar pelaku industri beralih ke energi ramah lingkungan.
“Pasar global kini menuntut produk yang tak hanya berkualitas, tapi juga hijau. Kami menjawabnya dengan langkah konkret,” tegas Mahendra.
Kekuatan Ada di Desa
Kemitraan dengan lebih dari 200 BUMDes di kawasan Tapal Kuda menjadi fondasi kuat pengembangan edamame. Ribuan petani milenial dibekali pelatihan budidaya berstandar ekspor, meningkatkan produksi dari 6.000 ton menjadi 13.000 ton per tahun. Program ini juga menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan desa.
Hilirisasi dan Ketahanan Pangan Nasional
Sebagai bagian dari agenda kedaulatan pangan nasional, Mitratani kini mendorong hilirisasi produk dengan mengembangkan inovasi seperti jus edamame (Jusme). Langkah ini mendukung kebijakan Presiden Prabowo agar industri pangan tak hanya berfokus pada bahan baku, melainkan juga produk jadi bernilai tinggi.
Selain memperluas lahan pertanian dari 1.639 hektare menjadi 1.800 hektare di wilayah Jember, Lumajang, Bondowoso, dan Banyuwangi, Mitratani juga mengadopsi teknologi Individual Quick Freezing (IQF) berkapasitas 3 ton per jam untuk menjaga mutu produk sesuai standar BRC Grade A+.
Untuk mendukung stabilitas transaksi ekspor, skema Local Currency Settlement (LCS) juga mulai diterapkan guna mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan turut menanam 5.000 pohon aren yang akan dijadikan bahan baku alternatif gula lokal, mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan ekosistem.