PILIHANRAKYAT.ID, Probolinggo-Di kaki Gunung Lamongan dan kawasan vulkanik lain di Jawa Timur, kita kerap menjumpai danau berbentuk cekung dan melingkar, yang dikenal dengan sebutan ranu atau danau maar. Di balik keindahannya, ranu ternyata menyimpan proses pembentukan yang luar biasa dramatis, hasil dari benturan hebat antara magma dan air tanah di kedalaman Bumi.
Ranu atau danau maar terbentuk ketika magma panas dari dalam perut Bumi menerobos ke permukaan dan bertemu lapisan akuifer, yaitu lapisan bawah tanah yang mengandung air. Pertemuan dua unsur ini memicu letusan dahsyat yang disebut freatomagmatik.
“Ledakan terjadi karena air tanah yang bersentuhan dengan magma berubah menjadi uap air dan gas dalam tekanan tinggi. Tekanan ini melontarkan material permukaan bumi ke atas,” ungkap H Gunadi Kasnowihardjo dalam buku Manusia dan Ranu, Kajian Arkeologi Permukiman.
Sisa Letusan Jadi Sumber Kehidupan
Letusan tersebut menciptakan kawah berbentuk melingkar yang kemudian terisi air hujan dan air tanah, membentuk danau. Material yang terlontar juga membentuk lapisan piroklastik di sekeliling danau. Inilah yang kemudian dikenal sebagai tuff ring atau tephra ring.
Menariknya, material piroklastik ini sangat subur. Tak heran jika daerah sekitar ranu kerap dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif dan lokasi pemukiman. Ranu juga jadi sumber air tawar dan tempat budidaya perikanan air tawar bagi masyarakat sekitar.
“Secara alamiah, ranu mendukung kehidupan manusia. Selain indah secara visual, juga menyimpan potensi air, pangan, dan wisata,” tambahnya.
Ranu di Probolinggo, Warisan Alam yang Perlu Dijaga
Kabupaten Probolinggo, khususnya di sekitar Gunung Lamongan, dikenal memiliki sejumlah ranu vulkanik yang masih aktif secara geologis. Keberadaan ranu ini tak hanya menarik dari sisi ilmiah, tapi juga penting sebagai kawasan konservasi, sumber mata air, hingga tujuan wisata ekologi.
Dengan latar geologis yang langka dan manfaat beragam, ranu tak sekadar danau biasa. Ia adalah jejak letusan yang bertransformasi menjadi pusat kehidupan dari bencana menjadi berkah.




