Daerah  

Pedagang Menjerit, Harga Tomat dan Cabai di Probolinggo Naik Tiga Kali Lipat

Pilihanrakyat.id, Probolinggo – Para pedagang di Pasar Gotong Royong, Kota Probolinggo, mengeluhkan lonjakan harga tomat dan cabai yang sudah berlangsung selama sebulan terakhir.

Kenaikan harga yang hampir tiga kali lipat ini membuat pembeli semakin enggan berbelanja, dan dagangan para pedagang pun banyak yang tidak laku hingga membusuk.

Dharma Satya Perdana (28), seorang pedagang tomat dan cabai di pasar tersebut, mengaku omsetnya turun drastis sejak harga dua komoditas dapur itu meroket.

Menurut Dharma, tomat yang sebelumnya hanya dijual seharga Rp 5.000–10.000 per kilogram, kini melonjak hingga Rp 30.000 per kilogram. Sementara cabai rawit merah yang awalnya Rp 25.000 per kilogram, kini tembus Rp 70.000 per kilogram.

“Dulu sehari saya bisa jual sampai 50 kilo tomat, sekarang paling laku 25 kilo. Sisanya banyak yang busuk karena nggak ada yang beli,” keluh Dharma saat ditemui di kiosnya.

Harga Cabai

  • Cabai rawit di berbagai pasar tradisional Kota Probolinggo saat ini bergerak di kisaran Rp 100.000–130.000 per kg

    • Misalnya, pedagang Holifah menyebut harga sempat Rp 95.000 – 110.000, namun kini kembali naik ke Rp 120.000–130.000/kg

    • Penyebab utama adalah pasokan lokal yang minim karena musim hujan, sehingga pedagang harus mendatangkan cabai dari Surabaya dengan biaya lebih besar

  • Cabai besar juga naik, berada di kisaran Rp 50.000–60.000 per kg

Tak hanya konsumen rumahan yang mengurangi belanja, Dharma juga menyebut para pelanggan dari rumah makan ikut mengurangi pembelian. Jika biasanya mereka membeli dua kilogram cabai atau tomat, kini hanya membeli separuhnya.

“Pasti berkurang. Saya juga jual ke pemilik resto, mereka belinya juga berkurang. Biasanya beli 2 kilogram, sekarang belinya 1 kilo,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian ibu rumah tangga mulai mengganti tomat dengan bahan lain seperti belimbing wuluh atau jeruk nipis sebagai alternatif untuk membuat sambal.

“Kalau ibu rumah tangga tidak pakai tomat sekarang, pakainya belimbing karena mahal,” jelasnya.

Dari sisi pemerintah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (DKUP) Kota Probolinggo, Erwan Kiswandoko, membenarkan kenaikan harga ini. Ia menjelaskan bahwa stok tomat dan cabai memang menipis karena minimnya pasokan dari petani.

“Memang karena stoknya berkurang, bukan karena permintaan yang naik,” ujar Erwan.

Ia menyebut masa tanam untuk cabai dan tomat telah lewat. Selain itu, daerah produsen utama seperti Banyuwangi dan Jember mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem dan banjir.

“Produsen terbesar kita kan Banyuwangi dan Jember. Di Kalibaru dan Genteng kemarin banjir besar. Akhirnya gagal panen,” jelasnya.

Dengan terus melonjaknya harga dan menurunnya daya beli masyarakat, para pedagang berharap pemerintah bisa segera mengambil langkah, seperti menggelar operasi pasar atau mempercepat distribusi stok dari daerah lain, agar harga kembali stabil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *