PILIHANRAKYAT.ID, Jakarta-Dalam catatan panjang sepak bola Indonesia, hanya segelintir pelatih yang mampu mengangkat peringkat tim nasional hingga menembus papan atas dunia. Namun satu nama masih berdiri paling tinggi dalam sejarah: Rusdy Bahalwan.
Di bawah asuhannya pada September 1998, Indonesia mencapai peringkat ke-76 dunia versi FIFA — posisi yang hingga kini belum mampu disamai oleh generasi mana pun. Saat itu, semangat kompetisi lokal sedang membara, dan tim nasional tampil solid di sejumlah laga internasional. Dari posisi semula di kisaran 120 dunia, skuad Garuda melonjak 44 tangga hanya dalam hitungan bulan.
Setelah era Rusdy, beberapa pelatih sempat mendekatkan diri ke rekor tersebut. Henk Wullem membawa Indonesia naik dari posisi 152 ke 109 dunia pada 1995. Dua dekade kemudian, Shin Tae-yong mencatat kenaikan tajam — dari peringkat 175 dunia menjadi 127 sebelum masa jabatannya berakhir pada awal 2025.
Meski belum menembus rekor lama, Shin dinilai meninggalkan fondasi kuat: disiplin latihan, konsistensi taktik, dan regenerasi pemain muda. PSSI kemudian menunjuk Patrick Kluivert, mantan bintang Belanda, untuk melanjutkan warisan itu sekaligus menargetkan posisi 100 besar dunia.
Namun ujian pertama Kluivert datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Indonesia harus mengakui keunggulan Irak dengan skor 0-1 di King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu dini hari (12 Oktober 2025). Gol tunggal Irak dicetak oleh Zidane Iqbal di babak kedua.
Garuda tampil berani, tetapi penyelesaian akhir kembali menjadi masalah klasik. Beberapa peluang emas yang didapat Marselino Ferdinan dan Rafael Struick gagal dikonversi menjadi gol. Hasil itu memastikan Indonesia tersingkir dari persaingan menuju Piala Dunia 2026.
Meski kalah, pengamat sepak bola M. Kusnaeni menilai permainan Indonesia sudah menunjukkan arah positif. “Secara organisasi permainan, tim ini sudah jauh lebih baik. Tapi butuh waktu bagi Kluivert untuk menemukan komposisi ideal,” ujarnya.
Kekalahan itu memang menunda ambisi besar, tapi tidak memadamkan asa. Dalam waktu dekat, Kluivert berencana memanggil sejumlah pemain muda dari Liga 1 untuk menambah kedalaman skuad. Targetnya jelas: menjaga tren positif peringkat FIFA dan perlahan mendekati kembali kejayaan 1998.
Dua dekade berlalu, rekor Rusdy Bahalwan tetap kokoh sebagai simbol masa keemasan sepak bola Indonesia. Kini, publik menunggu apakah Kluivert bisa menulis bab baru — atau sekadar menjadi bagian dari perjalanan panjang menuju mimpi yang sama: Garuda di puncak dunia.