Puisi  

Soneta Achmad Sulaiman : Complate Chaos | Ulang Tahun Gelarina | Jam Sembilan Malam | Kepada yang Aku Cinta | Engkau Masih Mati Suri

Complate Chaos
:Gelarina

hidup begitu melelahkan! lalu aku berkata
pada diriku sendiri : berhentilah pura-pura
seolah ada orang lain di runagan ini!,
kerap kau ucap padaku hal ihwal risau ini

Dedak Kopi di atas Kertas by: Sel-18

padahal kita telah terbiasa dengan delusi- delusi
yang kita hadirkan setiap menunaikan janji
sekian peristiwa kebebasan dalam film-film barat
seolah memformat kita jadi cermin dan bayangan

“complate chaos”, ucapmu bersama asap rokok
yang menusuk mataku – menyusur arah darah –
saat berkedip, file-file memori kepalaku retak

:lukisan keluarga, narasa sejarah palsu dan puisi-
puisi pemberontakan jadi kepingan cermin kita
astaga, ini lebih nyata dari perang dunia!

15 November 2013

Ulang Tahun Gelarina

betapa sempurna bentuk rupa kemanusiaanmu
saat pengabdian luhur tunai di ulang tahunmu ke-21
perumpamaan mengalir tenang beningkan pertemuan
imajinasi dengan segala sukma dan jiwa semestamu

kepadamu kutulis soneta perayaan tanpa api lilin
sebagai penanda perjamuan di akhir malam dingin
sesekali kita tertawa sebab ketegangan hidup
redup di perjalanan film-film eropa

kejutan-kejutan setiap percakapan kita pecah
menjadi ornamen surga-neraka dari rahasia diri
seolah kita menjelma malaikat tanpa dosa

Baca juga  Rahasia Semesta

ingat-ingatlah bahwa sejatinya kita selalu lupa
bahwa hidup butuh perjuangan sebagaimana cinta
dan setiap hati perempuan senantiasa ingin dimanja

Desember 2013

Jam Sembilan Malam

jam sembilam malam rindu lahir di Jakarta
seperti gedung-gedung beranak-pinak setiap hari
setipa malam yang tak tersentuh dalam neraca
da laporan kemiskinan di lemari kan negara

pada jam yang sama, rindu tumbuh subur di Jojga
bersama jumlah kendaraan yang meningkat pesat
siang-malam di sepanjang jalan dan perumahan
pemulung seperti laron di tempat-tempat sampah

jam sembilan malam adalah jam belajar warga
terapi para anak didik sedang mesra pacaran
sementara para peronda asik main gaplek

jam sembilan malam di kota-kota besar
mempesona lampu-lampunya di mata para kekasih
tanpa tersentuh cinta dan tanpa apa-apa

Desember 2013

Kepada yang Aku Cinta

Sesekali aku lupa diri ketika aku mencintai
Menjadi orang lain ketika hati memuji kita
Kemudian memungut sekian ilusi dalam dongeng
Untuk dijadikan surat cinta tapa alamat

: kepada yang aku cinta, janganlan dicintai surat ini
Surat bungkam tanpa kepastian hidup sehari-hari
Isi suratnya begini, “aku suka mengukur jarak
Untuk tiba pada pintu pertemuan cahaya-

Baca juga  Kaleidoskop I

Barangkali jarak pada kita adalah rindu
Sering pula kuhitung waktu lamanya percakapan
Sebab kupikir, rindu terucapkan dengan lain kata-

Bahkan tidak jarang kujumlah detakku
Bila yang terkatakan adalah kamu dan kita.”
Demikian surat tak terpuji ini aku tuliskan

Desember 2013

Engkau Masih Mati Suri

Selendang, sucikan sukmamu yang kotor
racun yang kau teguk sehari-hari tanpa daya cipta
sudah membunuh naluri murni kemanusiaanmu
dan cinta sudah lama pergi meninggalkan duniamu

Sia-sialah waktumu, ucapan dan perbuatanmu
sebab kenyataan telah menjadi teror menakutkan
matamu merah, dadamu keras di hidup kelabu
dan orang-orang mengutukmu persis uap penindasan

Bukankah kau senantiasa bunuh diri berulang kali
meniadakan cahaya di kedalaman sukma
ketika pintu-pintu semesta tertutup rapi

Ketahuilah, kesewajaran dilingkupmu mereda
kenyataan disembunyikan di mulut yang tertawa
dan engkau masih mati suri

Januari 2014

Achmad Sulaiman adalah pemangku blog pilihan rakyat (pilihanrakyatnews.blogspot.co.id). Juga seorang blogger dan penulis lepas. Sesekali diundang menjadi Notulen, moderator, dan pembaca puisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *