Jejak Pujangga
Sebelum indonesia merdeka
Bahkan sampai negara
Mengalami luka-luka
Di atas penguasa yang lupa
Arti hak asasata aksara tampil
Bersuara dihadapan mata-mata.
julukan dan gelar
Mengabadi
di torehkan pada jejaknya.
Anak bangsa kelahiran medan
Yang mengistirahatkan jiwanya di jakarta
“Binatang jalang”, orang menyebu
Namanya.
kerawang-bekasi adalah syair
Yang masih baka:
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding masih berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan ati 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan.
Juga nama yang tak kalah tersohor
Kelahiran solo
Aku menyebutnya si burung merak
Sajaknya bertajuk sebatang lisong :
menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka
matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak kanak
tanpa pendidikan.
Tapi saya disini ingin meneruskan langkah
Mengeja aksara
Megangung suara
Membaca semesta
Pada akhirnya puisi tidak
Akan pernah fana
Tetap melanglang buana
Mencari muara
Hingga maut menyambut kita semua.
Dan pada jejak terakhir ini
Segala doa akan menebus angkasa
Hingga menderu
Kalimat:
Kullu napsin dha ikatul maut….
Jogja tak teraksara