FINALIS LOMBA TTG UNGGULAN DIMINTA PERHATIKAN ASPEK EKONOMI INOVASI

banner 468x60

PILIHANRAKYAT.ID, Jakarta- Bogor – Sebanyak 10 Finalis Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Unggulan mempresentasikan inovasi yang dihasilkan dihadapan Dewan Juri yang diketuai Teguh Sudarto. Lomba ini merupakan rangkaian dari Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional tahun 2021. Para peserta terlihat begitu semangat untuk  menjelaskan inovasi yang ditemukan ke hadapan Dewan Juri yang hadir di Royal Hotel Bogor yaitu Teguh Sudarto, Supriyono, Sadono Sriharjo, Arief Setyahadi dan Aries Sudariyanto.

Inovator pertama yang presentasi adalah Nurhadi dari Tulang Bawang, Lampung dengan inovasi Mesin Pengolah Serbaguna. Mesin ini disebutkan tidak hanya bisa mengolah padi tapi juga jagung.Inovator kedua Sandi Pamungkas dari Natuna, Kepulauan Riau dengan inovasi Smart Cabai. Sandi ini cukup mencuri perhatian pasalnya dia adalah Innovator termuda yaitu 17 Tahun.Dewan Juri apresiasi Inovasi Sandi ini, namun Smart Cabai ini masih berada di Hulu dan belum sentuh hilir seperti proses pengepakan dan penjualan. Juri juga memberi saran agar Smart Cabai juga bisa melirik alat pendukung yang lebih baru untuk lebih maksimalkan hasil produks.

Selanjutnya Oleh Suparjo dari Kuningan, Jawa Barat dengan inovasi Fermentor Kopi Luwak tanpa Luwak. Kopi ini diklaim rasanya setara dengan Kopi Luwak tapi melalui proses fermentasi.Namun, inovasi ini dikritisi oleh Sadono Sriharjo yang menyoroti soal proses fermentasi dan proses kimiawi dalam pembuatan kopi ini yang dinilai kurang tepat.Olehnya, Dewan Juri menyarankan agar Suparjo untuk lebih teliti melakukan inovasi dan harus menjelaskan proses ekonomis yang lebih detail.

Selanjutnya Syafri Hendri dari Kota Pariaman, Sumatera Barat dengan inovasi Oven Serbaguna Tenaga Surya yang dinamakan Loneang. Oven ini membantu mengeringkan hasil pertanian dan perikanan ebih cepat. Tiga komponen utama meja tatakan, bilik pengering dan turbin angin.Keunggulan hemat energi dan biaya serta mudah dibuat. Namun, alat ini tidak berfungsi efektif saat malam dan cuaca mendung.Dewan Juri apresiasi Inovasi karena prosesnya steril dan menjaga kualitas kopra hingga penuhi standar ekspor.

“Tapi perlu dilakukan alat yang lebih permanen seperti dinding dari kaca dan digunakan proses pemanasan lebih stabil,” kata Juri Teguh Sudarto.

Inovator selanjutnya Sa’dudin dari Tangerang, Banten dengan TTG unggulan Mesin Penghasil BBM, Gas dan Listrik dari Sampah Plastik. Mekanisme kerjanya plastik dibakar kemudian diolah menjadi listrik, BBM sejenis solar, bensin dan minyak tanah. Alat Penghancur Tandan Kosong Kelapa Sawit jadi inovasi selanjutnya yang dibuat oleh Gunawan dari Rokan Hilir, Riau. Hasil olahan alat ini dipergunakan sebagai pupuk organik dan tanaman pangan holtikultura.

Dewan Juri kritisi proposal yang diajukan jauh dari standar yang ditetapkan dan penghitungan nilai keekonomian pun tidak dipaparkan dengan jelas. Selanjutnya inovasi Alat Loading Penota Purun dan Mesin Berosih Purun yang dibuat oleh Ismail dari Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Dewan Juri meminta Ismail untuk perhatikan efek kesehatan dengan alat-alat di Mesin. Juri juga meminta Inovator untuk membahas faktor keekonomian dan keuangan alat itu.Dewan Juri minta Ismail perhatikan SNI karena produknya berkaitan makanan, termasuk perhatikan pengolahan dan packaging.

Setelah itu, inovasi Alat Penggorengan Serbaguna (Algosena) dengan inovator  Misriayu Suntrik dari Bulungan, Kalimantan Utara.Bahan pembuatan Algosena ini mudah didapat dan cukup satu orang untuk membuat alat ini. Alat ini diklaim bisa menghemat biaya produksi bagi industri pengolahan makanan.Algosena mampu bantu UKM, ramah lingkunhan dan perawatan mudah. Kedepannya, Algosena bakal kerjasama dengan BUMDes.

Selanjutnya Inovator I Gusti Ngurah Agung dari Tabanan, Bali presentasikan inovasi Alat Pertanian Multifungsi berbasis Panel Surya.Alat ini ramah lingkungan dan mudah dibawa, efisien dan meningkatkan ekonomi masyarakat.Kepala Badan Pengembangan Informasi Suprapedi yang hadir juga sempat memberikan tanggapan terhadap inovasi dari Tabanan ini. Suprapedi mempertanyakan total cost pembuatan dan kecepatan produksi karena diyakini bisa membantu masyarakat yang bergerak di bidang pertanian.

Finalis terakhir Lomba TTG Unggulan adalah Ali Maulana dari Paser, Kalimantan Timur dengan inovasi Alat Jemur Efek Rumah Kaca (AJ.ERK).Suprapedi menyarankan panel surya tidak hanya digunakan menarik uap melalui kipas.

“Gunakan sensor agar temperatur pada objek sama dengan suhu sekitar,” kata Suprapedi.Setelah ini, para Dewan Juri berdiskusi dan rekapitulasi nilai untuk menentukan pemenang yang akan diumumkan pada akhir September 2021.

(RED/PR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *