PILIHANRAKYAT.ID – Madura menjadi salah satu penghasil ikan laut yang sampai hari ini masih tetap lesatari.
Sebagaimana di Desa Branta Pesisir di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan pesisir selatan Madura, telah lama dikenal sebagai daerah dengan potensi besar dalam sektor perikanan.
Penduduk desa ini telah aktif dalam memasarkan berbagai jenis produk ikan, mulai dari ikan segar, ikan kering, hingga berbagai produk olahan ikan. Salah satunya adalah bisnis UKM Dinny Home Industry.
Walaupun sudah beroperasi sejak tahun 2010 dan telah berhasil memproduksi beragam jenis ikan krispi dan rambak kulit ikan dari berbagai jenis ikan laut.
UKM Dinny masih menghadapi tantangan dalam hal desain kemasan produk mereka yang belum dianggap cukup bersaing.
Umumnya, produk-produk dari UKM Dinny saat ini dijual dalam kemasan generik berbentuk plastik transparan dengan label yang sederhana.
Sayangnya, kemasan ini seringkali mirip dengan produk-produk dari pesaing mereka. Situasi ini telah menciptakan kebingungan di kalangan konsumen dan menghambat kemampuan produk UKM Dinny untuk bersaing efektif di pasar.
Dalam wawancara dengan pemilik UKM Dinny, terungkap bahwa masalah desain kemasan yang kurang menarik merupakan salah satu isu utama yang perlu diatasi, mengingat pentingnya peran kemasan dalam membentuk citra merek UKM, terutama dalam persaingan ketat di pasar.
Kehilangan daya saing akibat kurangnya daya tarik dalam kemasan juga mengurangi rasa percaya diri UKM Dinny ketika mereka memamerkan produk-produk mereka dalam festival dan acara kuliner.
Produk-produk mereka sering kali terabaikan oleh pengunjung atau bahkan tersaingi oleh produk dari UKM lainnya.
Untuk mengatasi masalah ini, tim dosen dan mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya memulai inisiatif melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Tim ini menyajikan solusi di bidang desain komunikasi visual (DKV) dengan fokus pada peningkatan kemasan produk.
Program ini mencakup penyempurnaan desain kemasan yang lebih menarik dan kompetitif, serta pembuatan materi promosi cetak dan digital. Program ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga Oktober 2023.
Tim pengabdi terdiri dari dosen DKV ITS seperti Sayatman, Nugrahadi Ramadhani, Yurif Setya Darmawan, Bambang Mardiono Soewito, dan Didit Prasetyo, serta didukung oleh mahasiswa yang sedang menjalani KKN.
Upaya mereka tidak terbatas pada perancangan ulang kemasan saja, tetapi juga mencakup pembuatan berbagai materi promosi seperti banner, iklan cetak, kaos, dan kartu nama dengan tujuan untuk memperkenalkan produk dan kemasan baru ini.
Pemilik UKM Dinny juga diberikan panduan mengenai pengelolaan katalog digital produk dengan kemasan baru melalui platform Whatsapp Business.
Kegiatan ini memiliki dampak penting karena mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-8.
Naufan Noordyanto, S.Sn., M.Sn., selaku ketua tim Abmas, berharap bahwa program Abmas ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemulihan ekonomi pelaku UKM, terutama dalam situasi pascapandemi COVID-19.
Ia menjelaskan bahwa program ini merupakan implementasi nyata dari ilmu DKV yang menekankan peran desain dalam membawa dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat.
Norma Lilis, pemilik UKM Dinny, merasa senang dan bersyukur atas bantuan yang diberikan dalam pengembangan desain kemasan produknya dan materi promosi yang mendukung produk-produknya.
Ia menyatakan bahwa kemasan dan materi promosi tersebut dapat segera digunakan dalam proses produksi atau untuk mempromosikan produknya dalam festival kuliner dan pasar bazaar di masa depan.
Melalui kolaborasi ini, informasi yang dikumpulkan melalui observasi dan diskusi dengan UKM Dinny digunakan untuk menentukan Unique Selling Proposition (USP) produk.
UKM Dinny, yang berfokus pada camilan asal Pamekasan, menekankan bahwa produk mereka terbuat dari bahan baku ikan laut hasil tangkapan nelayan lokal.
“Karena itu, gambar utama pada kemasan baru yang didesain adalah para nelayan dan istri mereka, yang mengenakan pakaian etnik Madura, yang bahagia menangkap ikan di atas sampan atau perahu jenis Madura yang akan berlabuh,” kata Naufan.
Produk ini menghadirkan cita rasa khas makanan pesisir Madura yang gurih dan renyah dengan kemasan praktis yang siap dinikmati.
Dengan berfokus pada elemen ini, gambar utama pada desain kemasan baru mencerminkan nelayan dan istri mereka yang gembira saat menangkap ikan laut menggunakan perahu.
Kemasan produk yang dihasilkan mencakup berbagai varian ikan krispi dari jenis ikan yang berbeda yang divisualisasikan di permukaan kemasan. Selain itu, terdapat pilihan varian rambak kulit ikan dalam dua rasa, yakni rasa original dan lapis tepung.
Kegiatan ini menunjukkan komitmen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam tiga pilar utama, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tujuannya adalah memberdayakan UKM di wilayah Jawa Timur serta mendukung perkembangan sektor perikanan dan kelautan di wilayah tersebut.