Puisi  

Soneta Menunggu Hujan Turun

Puisi : Soneta Menunggu Hujan Turun | Kawin Silang | Tenung Buah Larangan | Over Ekspektasi | Garis Cemas | Imajinasi Wine 

Kontributor : Achmad Sulaiman 

(Sumber Foto: Istimewa via http://www.kandhani.net/2011/10/06/menunggu-hujan/)

Soneta Menunggu Hujan Turun 
 
payung di balik pintu
dan jas hujan di balik lemari
dicari lagi, dibersihkan lagi
dari kecoak dan sarang laba-laba

musim hujan benar-benar tiba
dan kemarau istirahat ke dalam goa
membangunkan laron dan cacing
lihat, ikan-ikan melawan arus bah

payung-payung berjalan di tengah hujan
jas hujan menerobos deras dan dingin
laron-laron mengecup-ngecup lampu

 cacing-cacing mengukir tanah
mencumbu benih dan janin bunga-bunga
bersemi menghijaukan pamendangan desa

2014

Kawin Silang 

kusetubuhi sakitmu, kupu-kupu biru
dengan jarak serbuk kembang jagung
dan sari mayang di angin sayap utara
kucelupkan segala zat dan warnanya
ke setiap sel-sel darah yang didih
di atas tungku alam dan segenap rahasianya
kutiup seruling rindu di dasar kalbu kembala
engkau menari manis di punggung sapi jantan
sampai sisa api nestapa susut ke perut cakrawala

2013-2014

Tenung Buah Larangan 

Baca juga  Hujan di Ujung Tahun

syairmu menyusun huruf-hurufnya sendiri
di dangau yang kusucikan dengan air kelapa
kata-katanya bergetar merapalkan mantra
jinakkan kebuasan mulut macan sukmaku

“kita adalah perjalanan halilintar,
awan penuh yang bertabrakan,
kilatnya dahalui gelegar, awali tetes
air bening sebelum malam hingap”

mendengarnya, aku terjelma adam yang terkutuk
di haribaan eva yang tertenung zat buah larangan
akhirnya segala dendam membiakkan peradaban

2013-2014

Over Ekspektasi 

Sinar tipis melintasi gelap batin
Seperti ingatan masa kecil tunjuk bintang jatuh
Pada permukaan danau yang selalu tentram
Aku menjadi daun tenggelam ke dasarnya

Langit hampa bila jiwa melepas sukma
Meninggalkan raga yang kian tergerus
Oleh nyanyi palsu kehidupan
Berhentilah nafas di puncak ekspektasi

Dalam dunia benda-benda aku menyublim
Menjelma kerapuhan tanpa ruang dan waktu
Yang membebaskan diri atas kodrat manusia

Tiada lagi puja dan mantra-mantra suci
Hanya puisi yang terus tuntut kebijaksanaan
Maka, siapakah aku wahai kata-kata!

2013

Garis Cemas 

I)
durasi waktu bahagia
di sabtu siang
selembar halaman
koran puisi
aku potret dengan lensa
mata kiri
untuk lekukan alis
pada biografi janji
dan tentang garis cemas
sesederhana pangsah tangan
basah oleh peluh
pikir dan rasa
hampa

Baca juga  Oktober (Sajak-sajak Tan Hamzah)

II)
Minggu sore aku menjemputmu di bandara
Tanpa ciuman kau memelukku
Gelegar rindu yang tak terbahasakan
Bergeming di detak nadiku padalehermu

2014

Imajinasi Wine 
:Dige 

(aku membayangkan diriku menjadi puing-puing abu dan bangkai
menjadi sebuah tangisan panjang lalu hilang,
menjadi sebuah monumen yang hanya untuk dikenang,
aku akan membawa sepiring daging dan segelas wine _

mungkin dengan seidikit tawa sebagai musik pengirngnya)
pesanmu begitu magis. Menjerit-jerit menembus heningku
jeritan hening yang melemparkan magismu
pada kenyataanku yang terlempar dari dada sendiri

aku memiliki obsesi sepiring daging dan segelas wine,
langitmu menggerakkan warna maluk dalam diri;
biru, kuning, hitam, putih, dan peri-peri srigala

adakah pertemuan warna selain pelangi
pada kemarau hidup berkepanjangan?
Hanya detak bernama mata – bernama pisau !

2014

Achmad Sulaiman adalah pemangku blog pilihan rakyat (pilihanrakyatnews.blogspot.co.id). Juga seorang blogger dan penulis lepas. Sesekali diundang menjadi Notulen, moderator, dan pembaca puisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *