Peran dan keterlibatan organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dalam regenerasi bangsa sangatlah penting dan menduduki posisi yang strategis. Dalam sejarahnya IPNU mampu melahirkan berbagai tokoh dan generasi penting dalam sejarah Indonesia maupun Nahdlatul ulama. Hingga saat ini, tidak terhitung jebolan IPNU yang menjadi tokoh penting dalam berbagai kancah kehidupan dengan tetap mengabdi untuk kebesaran Nahdlatul Ulama. sering kita menjumpai alumni-alumni IPNU yang menjadi akademisi-intelektual, jurnalis, politisi, pengusaha, agamawan, praktisi Pendidikan dan lain-lain. Bahkan saat ini ada alumni yang menjadi Bupati, Deputi, Menteri, duta besar dan komisioner komisi negara. Dari berbagai capaian tidak serta merta lahir dari proses yang singkat, akan tetapi Pola Kaderisasi yang disipilin dan terstruktur yang menghasilkan capaian – capaian tersebut.
Telaah IPNU Masa Kini
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, biasa disingkat IPNU, harus merumuskan mulai dari sekarang mengenai agenda apa yang harus digarap bersama dalam rangka membenahi organisasi keterpelajaran ini menjadi lebih baik dan diminati oleh khalayak pelajar. Kenapa ikhtiar tersebut penting? Menengok sejarah kongres mengingatkan kita pada jargon teknis yang lebih banyak dikenal dalam ilmu politik: eksepsionalisme. Istilah ini sering dibaurkan dengan kulturalisme dan esensialisme. Etimologis ia bermakna ‘perkecualian‘, terminologis merujuk pada sebuah kondisi, fitur, atau karakteristik budaya tertentu yang diatribusikan kepada kelompok atau bangsa tertentu. Ia merepresentasikan identitas budaya yang khas, melekat, built-in dalam tubuh setiap bangsa/ kelompok. Dalam konteks IPNU, kita seakan dikutuk oleh mitos Eksepsionalisme. Kenapa demikian? Karena dinamika kepengurusan IPNU, ada sebuah tradisi yang sangat sulit sekali untuk dirubah, yakni keterlibatan dan konsentrasinya secara dominan untuk mengawal dan mensukseskan calon ketua, serta menjadi kendaraan untuk meraup keuntungan pribadi. Padahal orientasi dasar masa khidmat di IPNU adalah upaya untuk melakukan kaderisasi untuk selanjutnya mengisi dan mewarnai pos-pos penting dalam mengabdikan diri pada organisasi, agama dan negara secara bersamaan.
Era Disrupsi dan Pelajar NU
Dunia belakangan ini sedang mengalami disrupsi besar-besaran. Mulai dari berbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, politik mengalami disrupsinya sendiri-sendiri. Istilah disrupsi ini sendiri sebetulnya lebih sering dipakai pada persoalan ekonomi-bisnis. Namun karena pengaruhnya hingga kepada persoalan sosial maka istilah ini tetap layak untuk digunakan dalam membaca dinamika sosial hari ini. Menurut Rhenald Kasali disrupsi diartikan sebagai pengganggu, pengacau, atau biang kerok. Istilah disrupsi juga dapat diartikan sebagai sebuah era inovasi, membangun cara pandang baru yang lebih efektif, efisien dan mampu beradaptasi dengan kondisi zaman. Singkatnya, era disrupsi merupakan era perubahan sistem secara baru melalui berbagai inovasi-inovasi yang lebih efektif dan efisien. Kenyataan ini tentu tidak dapat dihindarkan oleh kita. Artinya kita secara sadar harus siap menghadapi era disrupsi ini. Banyaknya informasi yang ada di media sosial sebetulnya dapat menjadi satu kekuatan bagi kita sendiri. Misalnya, kita dapat belajar apapun melalui google dan youtube. Kita juga dapat melakukan diskusi maupun rapat dimanapun melalui zoom maupun google meet. Keefektifan inilah yang harus kita sadari bersama bahwa dengan era terbukanya informasi ini kita dapat mencari inovasi-inovasi baru untuk menjawab tantangan zaman. Namun, jika hal ini tidak direspon secara baik, boleh jadi pelajar NU akan selalu tertinggal dari berbagai sektor, lebih buruk lagi mereka tidak mengenal jati dirinya. Kondisi ini dimungkinkan karena era disrupsi sangat lekat dengan apa yang disebut masyarakat informasi (information society) di mana informasi menyebar secara tidak terkendali dan membuat orang tidak mampu menyaring informasi yang ia lihat hingga ia terpengaruh secara tidak langsung dari informasi tersebut. Berikut adalah berbagai ancaman eksternal, tantangan internal juga tak jauh dari tubuh anggota maupun kader itu sendiri.
Kita dapat Melihat dari hal Administari organisasi dari berbagai prodak hukum IPNU yang didalamnya terdapat berbagai kebijakan dan informasi yang sangatlah perlu anggota maupun kader dapat memahami sehingga organisasi ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah dirancang kepengurusan pusat dalam skala nasional. Secara realita tidak sedikit kader maupun anggota yang masih buta atas hal yang seharus dapat dipahami secara fundamental. Tanpa disadari dari persoalan ini menyebabkan ketimpangan – ketimpangan yang selalu dan sering terjadi dalam menjalankan kegiatan organisasi. Pemahaman administrasi adalah hal mendasar dalam bagaimana organisasi ini dapat melaksanakan progam – program strategis sehingga apa yang diharapkan oleh suatu generasi dapat tercapai dengan begitu kepengurusan selanjutnya dapat menangani hal – hal lain yang belum tersentuh dalam suatu kepengurusan tersebut.
Belum lagi ketika kita membahas pola kaderisasi yang selama ini kita laksanakan masih terdapat beberapa perbedaan dalam menerjemahkan kaderisasi itu sendiri. Sistem Kaderisasi yang seharus mampu memberikan pemahaman yang luas dan bebas kepada kader tetapi ini malah menjadikan hal yang sangat merepotkan ketika dilaksanakan. Kembali lagi cultur yang sudah mengakar tetapi belum sesuai itu lah yang menjadikan kita terlalu larut beribicara perihal internal. Seperti narasi diatas kaderisasi seharusnya mampu memberikan solusi atas apa yang terjadi di dunia pelajar.
Oleh : Amad Abdul Rohim