Opini  

Kenapa udah healing sana sini tapi nggak sembuh-sembuh?

Andi Ameliah Lestari, S.Psi (Founder of TWIPSY)

Akhir-akhir ini, fenomena penggunaan istilah “healing” menjadi sangat populer di masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Sayangnya, cukup banyak yang masih salah mengartikan konsep healing. Banyak orang yang memaknai healing sebagai aktivitas jalan-jalan, seperti liburan ke tempat-tempat eksotis, menghabiskan waktu di cafe aesthetic, atau sekadar berburu konten untuk media sosial yang sebenarnya lebih tepat disebut kegiatan refreshing. Refreshing dan healing adalah dua hal yang berbeda, refreshing adalah solusi cepat untuk mengisi ulang energi, sementara healing adalah perjalanan panjang untuk memulihkan kondisi mental dan emosional. Keduanya penting, tetapi dibutuhkan pada situasi yang berbeda. Jika refreshing ibarat “mengisi ulang baterai,” maka healing adalah “memperbaiki sistem” agar lebih sehat dan kuat di masa depan.

Berdasarkan perspektif psikologi sendiri, healing healing adalah proses untuk memulihkan keseimbangan batin, memperbaiki kesehatan mental, dan menemukan kembali makna hidup yang sering kali tergerus oleh rutinitas sehari-hari. Menurut Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater terkenal, “Healing doesn’t mean the damage never existed. It means the damage no longer controls our lives.” Artinya, healing bukanlah menghapus luka, tetapi mengelola dampaknya sehingga tidak lagi mempengaruhi kehidupan secara negatif.

Baca juga  Misteri Kacamata Tembus Pandang Bung Karno Dan Bonornya Dokumen Rahasia

Salah satu faktor yang menyebabkan fenomena penggunaan istilah “healing” semakin marak ialah meningkatnya tingkat kesadaran akan kesehatan mental namun tidak diikuti dengan kesadaran penanganan masalah mental yang tepat. Sehingga seringkali ketika seseorang merasa stress, depresi, atau terluka secara mental mereka langsung menyimpulkan bahwa mereka butuh untuk segera “healing” dalam artian jalan-jalan,  atau mencari pelarian sementara yang tidak benar-benar menyelesaikan permasalahan mendasar. Sayangnya jika dibiarkan, fenomena ini berpotensi dapat meningkatkan angka gangguan kesehatan mental, membuat orang lupa tujuan utama dari healing itu sendiri: menciptakan harmoni antara pikiran, perasaan, dan lingkungan.

Baca juga  Merayakan Sepak Bola (Politik Ideologi)

Dalam konteks inilah TWIPSY hadir, menawarkan konsep healing yang sesuai dengan makna sejatinya. Dengan pendekatan yang menggabungkan psikologi dan pengalaman wisata, TWIPSY menyediakan ruang bagi individu untuk benar-benar memulihkan diri. Tidak hanya sekedar bepergian, TWIPSY merancang aktivitas yang membantu peserta mengolah emosi, memahami diri, dan membangun kesehatan mental secara berkelanjutan.

Harapannya, dengan memahami makna sebenarnya dari healing, masyarakat dapat lebih bijak dalam menjalani proses pemulihan mental mereka. TWIPSY hadir untuk mengingatkan kita semua bahwa healing bukan tentang destinasi yang kita tuju, tetapi tentang perjalanan batin untuk menemukan kembali diri kita yang utuh.

Andi Ameliah Lestari, S.Psi.

Founder of TWIPSY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *