(Tan Hamzah)
PILIHANRAKYAT.ID, Kiai Kampung memang tidak setenar Kiai Seleb yang biasa kondang dan mengisi acara di televisi maupun sosial media seperti youtube. Jamaahnya pun terbatas, mayoritas dari kalangan anak kecil menengah yang belajar mengeja Al-Qur’an, maupun orang desa tapi dalam lingkup kecil. Mereka (Kiai Kampung) memakai surau sebagai sarana dakwah dan mendidik masyarakat menjalani ubudiah sehari-hari dengan metode yang santun serta ramah dan memberikan dasar ilmu agama yang fleksibel dan mudah dicerna, meski seringkali diselingi dengan guyon atau mengajak masyarakat bercanda agar tidak terlalu tegang dalam belajar agama.
Dalam catatan Clifford Geertz kiai kampung inilah yang lambat laun membentuk masyarakat komunal, terdidik dalam agama yang murid atau santrinya menyebar ke berbagai daerah. Tak heran bahwa islam yang sangat teguh memegang sanad atau mata rantai keilmuan, berasal dari kyai kampung yang membesar karena mempunyai santri yang relatif banyak, tetapi butuh waktu yang lama untuk mengajak serta mendidik murid tersebut. dari surau yang kecil tumbuh menjadi pesantren yang besar dan mempunyai murid yang melimpah.
Pesantren salaf dan umurnya sudah tua ada saat ini merupakan daerah yang dulunya digunakan kyai untuk berdakwah, dalam lingkup ruang yang kecil. Kemudian setelah mengikuti perkembangan zaman, kompleks perkampungan tersebut mulai ramai didatangi orang untuk belajar agama. Pesantren besar saat ini seperti Lirboyo, Bangkalan, Tebu Ireng, Genggong, Sidogiri, Krapyak, Buntet dan lain sebagainya merupakan pondok pesantren yang dibangun oleh kyai kampung untuk menyebarkan agama islam.
Metode yang diajarkanpun terbilang unik, karena memadukan unsur arab sebagai sumber agama islam dengan budaya lokal. Seperti penerjemahan kitab klasik kedalam bahasa pegon atau arab-jawaserta sebagian kyai mengarang kitab sebagai rujukan agama dalam bahasa daerah yang ada di indonesia. Kalau dalam pesantren kita menyebutnya kitab kuning.
Penekanan pada pemahaman al-qur’an sebagai dasar agama, bahasa arab sebagai inti untuk membedah ilmu islam, serta mengkampanyekan mencintai tanah air merupakan unsur yang diterapkan dalam pendidikan pesantren. Bekal inilah yang menjadikan islam kuat dari segi ilmu dan wawasan kebangsaan.
Peran kyai kampung sering kita abaikan dalam era digital saat ini, mungkin karena mudahnya mendapat ilmu agama. Tetapi yang menjadi hal tersebut kurang ialah sanad keilmuan yang tidak urut. Peran kyai kampung terabaikan.
Mendengar ceramah dari sosial media memang baik tetapi kalau tujuannya untuk kebaikan serta menambah ilmu, tetapi kalau untuk dijadikan dakwah selanjutnya hal tersebut masih kurang, kenapa, karena sanad dan guru itulah yang dibutuhkan untuk membimbing menjalankan perintah agama.