Mengenal Lebih Dekat Dampak dan Fenomena Hari Tanpa Bayangan dari Kacamata Sains

LAPAN Rhorom Priyatikanto, (Foto: LAPAN)
LAPAN Rhorom Priyatikanto, (Foto: LAPAN)
banner 468x60

PILIHANRAKYAT.ID, YOGYAKARTA – Hari tanpa bayangan atau fenomena kulminasi menjadi pembahasan saintis yang begitu menarik, meskipun fenomena ini bisa dihitung tiap tahun terjadi dua kali, tapi ada beberapa hal yang jarang orang ketahui dari fenomena tersebut.

Dalam catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut peristiwa alam ini dinamakan kulminasi atau momen ketika Matahari berada tepat di posisi paling tinggi di langit. Akibatnya, bayangan dari benda yang tegak tampak tidak memiliki bayangannya.

“Ketika hari tanpa bayangan atau kulminasi, atau istilahnya equinox, itu sebagai acuan pergantian musim,” ucap Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto dalam keterangan tertulisnya.

Ia menambahkan, Matahari yang sebelumnya berada di atas Bumi atau di belahan utara, maka dengan adanya fenomena ini, Matahari akan berada di belahan Bumi selatan.

“Bumi belahan selatan akan memasuki musim panas, sedangkan di belahan utara memasuki musim dingin.” Jelas Rhorom.

“Equinox tanggal 22 September bisa dianggap sebagai pergantian musim. Tapi tidak bisa bilang bahwa tanggal 23 September sudah akan hujan. Memang tidak bisa dibilang tegas karena selalu ada transisi dan perubahan iklim global bisa mempengaruhi pola musim hujan yang akan terjadi nanti di Indonesia,” lanjutnya.

Selain itu, Reni Kraningtyas Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta menjelaskan dampak fenomena kulminasi akan meningkatkan proses suhu udara beberapa hari setelah fenomena tersebut.

“Dampaknya (kulminasi) membuat suhu udara meningkat, kelembaban udara rendah dan cuaca terasa panas menyengat hingga beberapa hari pasca kulminasi utama,” jelas Reni di Yogyakarta, Minggu (13/10/2019).

Mengetahui hal tersebut, Reni mengimbau kepada masyarakat untuk mengunakan pelindung surya guna mengurangi sengatan matahari. Selain itu, untuk masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan agar membawa bekal, khususnya minuman.

“Untuk yang beraktivitas di luar jangan lupa membawa minuman yang cukup untuk menghindari dehidrasi, dan selalu update informasi cuaca dari BMKG,” ujar Reni.

Untuk wilayah Indonesia yang terdampak fenomena kulminasi memang akan mengalami peningkatan suhu udara, jadi pasca kulminasi cuaca dan udara akan semakin panas. (Noeris/PR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *