PILIHANRAKYAT.ID, Probolinggo – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) belakangan menyerang ternak sapi di sejumlah daerah di Jawa Timur, berimbas harga di sejumlah pasar hewan. Salah satunya di Pasar Hewan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Sabtu (18/1/2025).
Merebaknya penyakit PMK ini membuat peternak dan pedagang enggan membawa sapi-sapinya dijual di pasar hewan. Alasannya takut tertular sapi yang terjangkit PMK.
Yang terjadi akibat wabah PMK, membuat suasana pasar tidak seramai seperti biasanya. Baik pedagang maupun pengunjung beberapa pekan tidak seramai saat belum ada wabah PMK.
Menurut Syarif dan Tohari, pedagang sapi di Pasar Hewan Jrebeng Kidul, harga sapi saat ini turun hingga 30 persen. Meski harganya anjlok tetap saja sepi pembeli, terutama pembeli dari luar kota.
“Ada wabah PMK harga sapi turunnya parah dan hancur harganya, turunnya harga mencapai 30 persen, kalau sapi harga Rp 20 juta menjadi Rp 10 juta, pembelimya sepi sekarang, sejak 4 bulan pembeli sepi di pasar hewan ini, kalau ngak laku ngak dibawa pulang takut nular ke lainnya di kandang, lebih baik dijual murah,” kata salah satu pedagang sapi, Tohari.
Pembeli rata-rata takut, usai membeli sapi di pasar hewan, ternyata terjangkit virus PMK dan mati saat perjalanan menuju luar kota.
“Harga sapi turun mencapai 25 sampai 35 persen, sapi dari harga Rp 10 juta sekarang cuma Rp 7 juta, turun harga karena wabah penyakit PMK,” ujar pedagang lainnya, Syarif saat ditemui di pasar hewan.
Jika sapi-sapinya tidak laku, tambah Syarif, harga-harga hewan ternaknya akan diturunkan lagi.
“Kalau gak laku ngak berani dibawa pulang, atau diturunkan lagi harganya, pembelinya sepi dari luar kota nggak ada yang datang, takut sejak ada wabah PMK, sapi yang dibeli takut mati, kalau sapi di Pasar Wonoasih sehat semua saat ini,” tegasnya.
Sementara sesuai Standar Operasional (SOP), semua pedagang yang membawa sapi ternaknya ke Pasar Hewan Jrebeng Kidul wajib disemprot cairan disinfektan. Ini mengurangi penularan penyakit PMK sapi di pasaran.