Antara Politik dan Moralitas

banner 468x60

Politik bukan soal kekuasaan saja

Tapi politik harus menjadi alat  kesejahteraan masyarakat.
PILIHANRAKYAT.ID – Pesta Demokrasi semakin mendekat, dimana rakyat Indonesia akan memilih pemimpin yang akan jadi pimpinan di negeri ini selama lima tahun kedepan. Dengan semakin mendekatnya pesta tersebut, negeri ini semakin memanas, segala media seakan-akan tertuju  pada soal politik saja. 
Elit politik, artis, bahkan tokoh agama sekalipun asyik dengan suasana politik saat ini. Mereka bahkan meninggalkan kewajiban utamanya baik sebagai pejabat, seniman atau tokoh agama. Moralitas tak menentu pun sering terjadi pada saat ini. Menghina dan saling menghacurkan kubu lain sudah menjadi makanan bagi masyarakat saat ini.
Melihat keadaan, mungkin kata pesta dalam kontek Demokrasi saat ini kurang pas, lebih tepat mungkin pertarungan untuk merebut kekuasaan tertinggi di Negeri ini yakni Presiden.
Pertarungan ini semakin memanas mengingat digitalisasi telah menjadi temen sehari-hari bagi masyarakat bumi. Para netizent pun menjadi hakim dalam pertarungan dua kandidat di dunia maya. Menyerang dan diserang telah menjadi makanan empuk bagi para kandidat dan timsesnya masing-masing. Moralitas tak lagi menjadi tolak ukur dalam pertarungan ini.
Keadaan seperti ini mengingatkan kepada sosok politikus ulung yang gagasannya mempengaruhi beberapa  pimpinan di Dunia ini, Niccolo Machiavelli. Dalam salah satu karyanya “Sang Penguasa” dia menulis terkait tema Politik dan Moralitas.
Bagi Machiavelli, “persoalan kekuasaan yang diutamakan bukannya soal legitimasi moral, tetapi bagaimana kekuasaan  yang tidak stabil itu menjadi stabil dan lestari”. 
Disini Machiavelli mengesampingkan moralitas dalam berpolitik, dia menganggap bahwa apapun yang dilakukan untuk merebut kekuasaan dan menstabilkan negara, itu sah dan dibenarkan karena baginya “politik  dan moralitas  merupakan dua bidang yang terpisah dan  tidak  ada hubungan satu dengan yang  lain.   
Dalam konsep politik Machiavelli tidak ada ruang untuk moralitas. Hanya satu yang terpenting dalam konsep politik yaitu bagaimana cara meraih kesuksesan dalam memegang tampuk kekuasaan utama sebagai Sang Penguasa.
Jika melihat keadaan  politik saat ini, dimana “sebagian” orang  menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertarungan merebut kekuasaan sebagai Presiden. Serang  menyerang dengan segala senjata itu dibenarkan oleh kelompok mereka sendiri. Keadaan seperti  ini mirip bahkan sama dengan konsep yang digagas oleh Machiavelli dalam karyanya, Sang Penguasa. 
Lalu bagaimana dengan konsep Gus Dur sebagai bapak Bangsa di Negeri ini yang mengatakan “Yang lebih penting dari Politik  adaalah Kemanusiaan”. Gus Dur lebih mementingkan moralitas atau nilai kemanusian dibanding politik sedangkan Machiavelli sebaliknya.
Dua kandidat beserta para punggawanya memiliki hak masing-masing untuk menerapkan gagasan siapa dalam berpolitik, tapi alangkah eloknya jika kita sama-sama merenungkan perkataan  Gus Dur “Marilah kita bangun bangsa dan kita hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah”. (Cipto/PR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *