Sajak-sajak Kamil Dayasawa*

Sajak Kamil Dayasawa
Sajak Kamil Dayasawa
banner 468x60

Sebuah Nyanyian

Kau tahu aku bukan anak sulung gelombang
Perahuku karam jauh di laut kenangan
Sauh dan jangkar terserak di dasar
Rindu debar jadi mawar

Setelah angin tenggara
Membangun menara pasir
Kau dan aku berdekapan
Saling menghirup bau tubuh masing-masing
Sebelum air yang asin menggarami
Jejak kita yang terakhir

Kita berpisah menuju ruang yang bukan kematian:
Sebuah gurun tak berpasir
Hutan tak berpohon
Gunung tanpa api

Tempat segala yang berarti tinggal ilusi:
Padang tanpa musim semi
Hujan dan kemarau tak dikenal lagi

/Yogyakarta, 2015

Kau Pantai Putih

Kau pantai putih tempat lokan menahan perih
Gunung ombak berkejaran, mendekat
Padamu
Segala resah laut mengadu

Misalkan nelayan kepada perahu
Sepanjang waktu terus bersatu
Ingin kudekap kau selalu
Hingga angin pun tahu
Tak ada rahang lebih putih dari rongga karang

Bukankah telah kau saksikan
Seorang pelayar tenggelam di samudera jauh
Jiwanya yang muda menyatu dengan ikan
Camar terbang di atasnya
Melantunkan kalimat-kalimat talqin
Sedang layar putih timbul tenggelam
Diseret gunung gelombang

Pernahkah kau bayangkan
Aku pulau kecil tak berpenghuni
Menanti desau suaramu
Datang dari negeri seribu lampu

Misalkan nelayan kepada perahu
Sepanjang waktu terus bersatu
Ingin kutembangkan sebuah lagu
Dengarkanlah, sebelum aku tidur dan mimpi basah

Dan cintaku yang lemah habis dikikis badai
-badai dari lembah purbakala

/Yogyakarta, 2015

*Penyair Dari Pulau Garam, Puisi ini pernah dinaikkan di Blogspot Metafora

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *