Terminal (Sajak Tan Hamzah)

Sketsa Terminal (foto: ist)
Sketsa Terminal (foto: ist)
banner 468x60

Terminal

Aku ingin bercerita padamu

Bus berbaris rapi di tepi

Mengantar anak manusia, dalam mesin waktu

Melalui pesan telegram

Sebentar…

Tak perlu repot mengisi solar

Tak perlu khawatir macet

Tak perlu cemas soal speedometer

Tak perlu risau pada musik dangdut

Aku menemuimu, tapi tidak sungguh

Peta terpotong, sobek

Ada sunyi terlipat 24 senti

Suaranya nyaring, berisik

Peta itu pesawat terbang

Yang polos dan lugu

Bus berjalan gagah di jalan, dengan sombong

Aku pulang padamu

Kali ini tidak terwakili internet lagi

Antagonis

Aku ingin menggigit, geram, gemas, geli, galau

Dua potong roti kau lahap

Selai keju, kismis, dan segelas susu

Rokok kuhisap

Kau pergi dengan segera

Trotoar diam-diam membuntutimu

Lubang kecil ingin menangkap kakimu

Berharap kau keseleo

Dan kembali ke rumah

Membawa dua potong roti yang kau telan

Rencana itu berhasil

Kau kembali

Aku memarahimu yang mencuri dua buah roti

Kembalikan!!

Sini katamu, ambil saja kalau berani

Dua buah roti itu masih rasa kismis, sedikit keju, dan manis

Online

Ini sudah pagi, tapi gelap

03:00 menggantung di atas handphone

Kau belum terlelap

Menyusun kata yang tadi jatuh lalu berhamburan di lantai kamar

‘kata-kata itu labirin’

Kau susun jadi skripsi

Yang padat dan beku

HPmu bergetar

Puisi akhir pekan mengabarimu

Kau balas dengan bait singkat

‘terimakasih’

“kalimat yang kau tangkap dan kau pajang di laptop, telah kabur dan menyelinap dalam puisiku, aku kembalikan padamu, mereka nakal, tapi tak ingin berpisah lama dari jarimu”

Sisyphus

Mencintaimu itu sakit yang kronis, sedang obatnya ialah sakit itu juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *