Barokah dan Manfa’at Tidak Ada Yang Tau, Ini Alasanya

Study Banding Bustanul Khoir di SMP FDS (foto: dok. pribadi)
Study Banding Bustanul Khoir di SMP FDS (foto: dok. pribadi)
banner 468x60

PILIHANRAKYAT.ID, Kraksaan-SMP Full Day Scholl (FDS) Badridduja Kraksaan-Probolinggo yang berada dibawah naungan Yayasan Badridduja bisa dikatan masih seumur jagung, tepatnya pada tahun 2013 SMP FDS berdiri.

Umur yang masih muda ini tidak menjadi penghalang untuk melahirkan siswa yang berkualitas baik dari segi ilmu agama dan ilmu umumnya.

SMP FDS mewajibkan para siswanya untuk memakai bahasa asing (Inggris dan Arab) dan juga mewajibkan untuk menghafal alqur’an sehingga menjadi pribadi yang berkualitas.

Saat ini SMP FDS mendapat kunjungan atau “Study Banding dan Pengenalan Santri Yayasan Bustanul Khoir Pandansari Kedung Jajang Lumajan”, Minggu, 13/10/2019.

Saat sambutan Akiduddin Ma’ruf selaku kepala SMP FDS mengatakan bahwa semua keberhasilan tidak lepas dari barokah dari guru kita sendiri

“Barokah dan manfa’at tidak ada yang tau, orang hebat di pondok belum tentu bisa mengaplikasikan ilmunya di masyarakat” ungkap Akiduddin, Minggu, 13/10/2019.

Ada berberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru Bustanul Khoir terkait program yang ada di SMP FDS

“Bagaimana anak-anak kami paham dengan bahasa Arab, Apa Metodenya?” tanya salah satu guru dari Bustanul  Khoir

Dalam pengembangan bahasa menurut Fathul Mubin selaku divisi bahasa mengatakan bahwa ada dua cara untuk mengembangkan bahasa.

“ada dua cara yang dipakai oleh SMP untuk mengembangkan bahasa, 1. Ciptakan Lingkungan yang mendukung kemajuan Bahasa dan Menghafa” ungkap Fathul dalam Sambutannya.

Selain bertanya terkait bahasa, guru Bustanul Khoir juga menanyakan terkait metode yang dipakai dalam mengembangkan keilmuan membaca kitab kuning.

“metode apa yang diterapakan untuk membaca kitab kuning” tanya guru yang lain.

“ SMP FDS awal mula memakai metode amsilati yang dikarang Lukman Hakim, setelah itu beralih kemetode al-Miftah Sidogiri dan saat ini SMP FDS mengarang sendiri metode dengan merangkum beberapa kitab yang ada” jelas Aqiduddin. (Cipto/PR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *